Sejarah Istana Bogor: Dibangun oleh Belanda & Sempat Hancur Akibat Gempa 1834

HISTORY
Kamis, 18 April 2024 14:00 WIB

Jakarta – Istana Bogor atau yang sering disebut Istana Kepresidenan merupakan bangunan yang dipakai oleh pemerintah Indonesia sebagai kantor urusan kepresidenan. Istana Bogor juga menjadi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.

Namun, tahukah kamu bahwa istana ini dulunya dibangung oleh pejabat tinggi Belanda?
Istana Kepresidenan Bogor berada di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jaraknya kurang lebih 60 kilometer dari Ibu Kota Jakarta.

Istana ini menempati lahan seluas sekitar 28.86 hektar dan berada di ketinggian 290 meter dari permukaan laut. Letaknya yang berada di Bogor, membuat istana memiliki udara yang tergolong selalu bersih dan segar.

Dibangun oleh Pejabat Tinggi Belanda untuk Tempat Istirahat

Dikutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara, Istana Kepresidenan Bogor dulunya bukanlah sebagai kantor pemerintahan pejabat tinggi. Pada masa pendudukan Belanda, orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (Jakarta) mencari tempat untuk dihuni sebagai tempat istirahat.

Orang-orang Belanda menganggap bahwa kota Batavia terlalu ramai dan panas, sehingga mereka perlu mencari tempat yang sejuk di luar Batavia.

Hal ini juga dilakukan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada masa itu yakni G.W. Baron van Imhoff (1745-1750). Ia turut mencari tempat peristirahatan di luar Batavia.

Akhirnya, ia berhasil menemukan sebuah tempat yang strategis di sebuah kampung bernama Kampong Baroe, pada 10 Agustus 1744.

Lokasi tersebut kemudian dipilih oleh Gubernur Jenderal van Imhoff untuk dibangun sebuah tempat peristirahatan. Pembangunan bangunan bakal istana sendiri dimulai pada 1745.

Diberi Nama Buitenzorg & Sketsa Mirip Istana di Inggris

Nama Istana Bogor bukanlah nama yang dipakai sejak awal. Gubernur Jenderal van Imhoff kala itu memberi nama yakni Buitenzorg, yang artinya bebas masalah/kesulitan.

Penamaan Buitenzorg ini juga termasuk wilayah perkampungan di sekitarnya, yang kini dikenal sebagai kota Bogor.

Tak hanya memberi nama, dia juga memikirkan bentuk bangunannya akan seperti apa. Gubernur Jenderal van Imhoff membuat sketsa bangunan dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Marlborough, dekat kota Oxford di Inggris.

Pejabat tinggi pemerintahan Belanda tersebut memang dikenal sebagai orang yang rajin membangun gedung. Sayangnya, untuk pembangunan Buitenzorg, ia tak bisa mendampingi sampai selesai.

Sebab, masa jabatannya sebagai Gubernur Jenderal berakhir pada 1750. Ia diganti oleh Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761).

Sempat Hancur karena Perang dan Gempa Bumi 1834

Pada 1750-1754, Istana Buitenzorg yang belum rampung dibangun sepenuhnya, justru mengalami rusak berat. Penyebabnya adalah pemberontakan perang Banten di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang.

Kala itu, pasukan-pasukan Banten menyerang Kampong Baroe dan membakarnya. Namun, pemberontakan itu berakhir dan mereka terpaksa harus tersingkir dan bahkan perang tersebut mengakibatkan Kesultanan Banten menjadi rampasan.

Nasib Istana Buitenzorg yang sudah rusak berat kemudian diperbaiki kembali dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.

Pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811), salah satu bagian dalam Istana Buitenzorg mengalami perombakan, dengan memberikan penambahan lebar baik ke sebelah kiri maupun ke sebelah kanan gedung.

Perubahan besar terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826). Di tengah-tengah gedung induk didirikan menara dan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya, yang peresmiannya dilakukan pada 18 Mei 1817. Kebun Raya tersebut kini dikenal dengan Kebun Raya Bogor.

Setelah banyak perubahan, Istana Buitenzorg kembali dihadapkan pada kerusakan. Pada 10 Oktober 1834, terjadi gempa bumi dan membuat istana mengalami rusak berat.

Pembangunan Istana Buitenzorg Selesai pada 1861 dan Jadi Istana Presiden RI pada 1950

 

Setelah mengalami kehancuran akibat gempa, akhirnya bangunan sisa Buitenzorg dirobohkan dan dibangun kembali.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856), istana dibangun dengan satu tingkat dan mengambil arsitektur Eropa Abad IX.

Selain itu, dibangun pula dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung.

Istana Buitenzorg baru selesai pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856-1861). Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda.

Namun, kala masa pendudukan Jepang dimulai, Gubernur Jenderal Tjarda van Starckenborg Stachouwer secara terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang.

Tak lama berselang ,pada akhir Perang Dunia II, akhirnya Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan Jepang bertekuk lutut kepada tentara Sekutu.

Sekitar 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR) menduduki Istana Buitenzorg seraya mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

Buitenzorg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah Republik Indonesia pada akhir 1949.

Baru setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, tepatnya pada Januari 1950.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *