HISTORY >>> KONFLIK SAMPIT

Konflik Sampit
Bagian dari Indonesia dalam tahun 2001
Ngayau (pemotongan kepala) yang terjadi di Sampit pada Februari 2001.
Tanggal 18 Februari – Maret 2001
Lokasi Kalimantan,Kalimantan Tengah,Sampit, Palangka Raya, Kuala Pembuang, Kalimantan Timur, Samarinda, Kalimantan Barat, Sambas, Pontianak, Kalimantan Selatan, Banjarmasin
Pihak terlibat
Suku Dayak Suku Madura
Kekuatan
32,000 di kota Sampit

1,500.000 di seluruh Kalimantan Tengah

90,000 di kota Sampit.
Korban
188 terbunuh 1000 terbunuh & 100,000 mengungsi

 

Konflik Sampit atau Perang Sampit atau Tragedi Sampit adalah sebuah peristiwa Kerusuhan antar-etnis yang terjadi di pulau Kalimantan pada tahun 2001.

Bermula sejak 18 Februari 2001, Konflik ini berlangsung sepanjang tahun tersebut. Konflik ini pecah di kota Sampit, Kalimantan Tengah sebelum pada akhirnya meluas ke seluruh provinsi di Kalimantan, termasuk ibu kota Palangka Raya.

Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga Imigran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak.

Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Dari laporan data, tidak sedikit warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh masyarakat Dayak dalam konflik ini.

Latar belakang

Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura.

Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.

Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan pada era 1930-an di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.

Pada tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[

Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak.

Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura. K.M.A.

Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.

Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.

Pemenggalan Kepala

Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.

Dampak Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit.

Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.

Catatn Kaki

    1. Pertempuran meluas dengan cepat selama bulan Februari hingga Mei dan terus berlangsung sepanjang tahun tersebut. Hampir seluruh wilayah di Pulau Kalimantan terlibat dalam kerusuhan ini, kecuali Pangkalan Bun. Hal itu dikarenakan hampir tidak ada orang Madura disana. Tidak ada data pasti untuk daerah lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *