INI DIA MISTERI TEMBOK RAKSASA YANG ADA DI BAWAH LAUT PAPUA! KONON PANJANGNYA 110KM

Ini dia kisah misteri tembok raksasa yang ada di Papua (YouTube Jelajah bumi)
Ini dia kisah misteri tembok raksasa yang ada di Papua (YouTube Jelajah bumi)

HISTORY – Papua merupakan sebuah wilayah yang berada paling timur di Indonesia dengan luas wilayah 890.000 kilometer persegi. Merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah pulau Greenland di Denmark.

Sumber daya alam di Papuan bisa di bilang sangat kaya, bahkan salah satu tambang emas terbesar di dunia ada di Papua. Tambang emas Freeport di Papua mampu menghasilkan jutaan ons per tahunnya.

Tak hanya itu, hutan Papua juga dihuni oleh hewan-hewan langka dan eksotis. Salah satu hewannya adalah burung cendrawasih yang dijuluki burung dari Surga.

Pulau Papua dengan keanekaragaman alamnya yang masih alami, ternyata menyimpan misteri yang sangat menakjubkan dengan ditemukan ada sebuah tembok besar di dasar laut beberapa tahun lalu.
Penemuan yang masih misterius ini memang menyerupai dinding atau tembok sehingga banyak orang menamakan tembok ini sebagai Jayapura wall.
Berikut adalah penjelasannya yang dikutip langsung dari kanal YouTube Jelajah bumi pada Jumat, 12 Januari 2023.
Tembok misterius ini berada di laut lepas dan tidak jauh dari ibu kota Papua yaitu Jayapura. Kordinat tembok ini bisa terlihat di Samudra Pasifik bagian utara pulau Papua.

Bangunan mirip benteng Raksasa ini panjangnya mencapai 110 kilometer dan tingginya mencapai 1860 meter dengan lebar 2700 meter. Penemuan tembok raksasa Papua ini tentu sangat menghebohkan.

Mengingat tembok ini berada di dalam laut dan ukurannya yang luar biasa, bahkan gedung tertinggi di dunia yang dibangun di masa modern saja tidak setinggi tembok ini.

Jika melihat sejarah pada zaman es di ribuan tahun yang lalu, Pulau Papua jauh lebih besar daripada saat ini. Bagian selatannya masih terhubung dengan Benua Australia dan pesisir utaranya memiliki daratan yang lebih luas.

Permukaan laut pada masa itu juga lebih dangkal karena wilayah es di Kutub Utara dan Kutub Selatan belum banyak yang mencair seperti sekarang.

Menurut sejumlah pakar, kemungkinan besar tembok tersebut udah ada pada masa es sebelum mencair. Sejumlah daratan di bumi ini diketahui saling menyatu dan beberapa orang percaya bahwa tembok ini berhubungan dengan bangunan kuno di dasar lautan.

Namun, sangat tidak mungkin bahwa bangunan seperti ini di bikin oleh peradaban manusia. Mengingat tinggi tembok yang mencapai 1860 meter. Sedangkan bangunan modern tertinggi saat ini seperti Burj Khalifa hanya memiliki tinggi 828 meter.

Sangat disayangkan tidak ada yang mengetahui siapa yang sebenarnya membangun tembok ini. Mengingat kehidupan masyarakat pada masa lampau sangat tidak mungkin mereka bisa membangun sebuah tembok yang kokoh dengan keterbatasan peralatan.

Seorang penulis yang beranama Robin Osborne dalam bukunya The Guerilla Struggle in Irian Jaya yang terbit pada tahun 1985 menjuluki Papua sebagai surga yang hilang.

Selain kekayaan alam, konon ada sebuah peradaban yang maju di Papua. Bahkan meski terisolasi di tengah belantara, mereka sudah memiliki penerangan yang memadai.

Dari berbagai sumber diungkapkan bahwa tembok ini bisa jadi dibangun oleh orang-orang dahulu yang pernah menghuni tanah Papua. Mereka menyebut diri mereka sebagai Bangsa Antara.

Penduduk ini memiliki ciri khas fisik yang kuat, kulit gelap dan pekerja keras. Merekalah yang membangun bangunan yang mirip benteng yang ada di bawah laut Papua.

Ada kemungkinan juga bahwa tembok ini merupakan bekas peradaban yang hilang. Kita mungkin pernah mendengan mengenai peradaban Atlantis yang hilang.

Meskipun hanya legenda, beberapa peneliti percaya bahwa Atlantis memang ada dan mencakup wilayah di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika. Jika benar itu merupakan sebuah tembok, mungkin saja ada kaitannya dengan peradaban Atlantis yang konon katanya pernah ada di masa lalu.

Indonesia juga menjadi sorotan dalam kaitannya dengan Atlantis. Ilmuan asal Brazil Erisiononesdo Santos dalam bukunya yang berjudul Atlantis the last continentline the definitive location of the Civilization membandingkan ciri-ciri Benua Atlantis.

Selain itu, mengingat bahwa ukurannya yang sangat besar, bisa jadi tembok ini juga dibuat oleh manusia raksasa di masa lalu. Menurut sebuah kisah, tinggi manusia raksasa pada zaman dulu itu sekitar 30 meter yang memungkinkan dan sangat mudah bagi mereka untuk membangun tembok ini.

Saat tembok ini baru saja ditemukan, tembok ini bisa dilihat dari Google Maps. Tetapi setelahnya ada sebuah kejanggalan, setelah tembok ini ramai diperbincangkan dan mendunia, secara tiba-tiba struktur tembok raksasa ini langsung dihilangkan oleh Google Maps pada tahun 2012. **

HISTORY – MENENGOK SEJARAH GLODOK

Belum lama ini publik dikejutkan dengan penemuan jembatan Glodok kuno di lokasi proyek MRT Jakarta fase 2A Glodok–Kota.

Jembatan itu ditemukan satu meter di bawah persimpangan Jalan Pinangsia Raya dengan Pintu Besar Selatan dan Pancoran.

Sejarawan Alwi Shahab dalam Batavia Kota Banjir menyebut pada masa lalu kawasan Glodok dan Pancoran dihubungkan oleh sebuah kanal.

Oleh karena itu dibangun jembatan untuk menghubungkan kedua daerah tersebut. Namun, pada awal abad ke-20 kanal di kawasan Pancoran ditutup dan kini merupakan bagian dari jalan raya dan pertokoan.

Sementara jembatan Glodok yang menghubungkan kawasan Glodok dan Pancoran dibongkar.

Ketika Belanda menduduki Batavia, Glodok merupakan salah satu kawasan yang tak pernah sepi dari aktivitas masyarakat.

Kawasan ini juga dikenal sebagai salah satu pecinan tertua di Indonesia.

Sejarah kawasan ini berkaitan dengan peristiwa pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia pada 1740.

Kedatangan orang Tionghoa dalam jumlah besar menyebabkan dibukanya wilayah di sekitar Batavia.

Mereka membuka perkebunan gula yang menjadi satu-satunya ekspor asli Batavia pada abad ke-17 dalam bentuk gula mentah maupun arak.

Perkembangan komunitas Tionghoa itu membuat VOC khawatir. Karena sulit mengawasi orang Tionghoa di luar tembok kota, VOC pun mengeluarkan peraturan yang semakin lama semakin keras.

Mulanya VOC menetapkan kuota orang Tionghoa yang diizinkan diangkut dengan kapal jung.

Namun, aturan ini diakali dengan mendaratkan para tenaga kerja di luar pelabuhan Batavia, kemudian mereka diselundupkan ke dalam kota.

Gesekan antara VOC dengan orang Tionghoa di sekitar Batavia kian terlihat setelah VOC menurunkan harga dan kuota produksi gula yang dialokasikan untuk penggilingan tebu di sekitar Batavia.

Kebijakan itu diambil VOC sebagai dampak melimpahnya persediaan gula di pasar dunia.

Kebijakan VOC itu menyebabkan banyak kuli Tionghoa kehilangan pekerjaan.

Kondisi itu meningkatkan angka kriminalitas karena sejumlah kuli membentuk gerombolan pencuri.

Untuk menangani hal itu, VOC merencanakan pemindahan paksa para migran yang tidak terdaftar ke pos-pos terdepan Belanda di wilayah Ceylon (kini Sri Lanka).

Di sisi lain, kekhawatiran muncul di kalangan orang-orang Tionghoa yang berada di wilayah Batavia.

Tersiar kabar bahwa rencana pemindahan para migran merupakan kedok untuk membuang mereka ke laut.

Sejarawan Susan Blackburn dalam Jakarta: Sejarah 400 Tahun menyebut pada 1740 wilayah sekitar Batavia menjadi saksi pemberontakan petani Tionghoa.

Mereka berbaris menuju pusat kota Batavia sembari membawa senjata buatan sendiri.

Meski orang Tionghoa yang tinggal di kota terhitung sedikit atau tak pernah melakukan kontak dengan orang Tionghoa di luar dinding kota, beredar isu bahwa orang-orang Tionghoa di dalam dinding kota Batavia berencana membantu para pemberontak.

“Ketika gerombolan orang Cina yang bersenjata seadanya ini menyerang kota pada 8 Oktober, mereka dapat diusir dengan mudah, tapi orang Cina yang tinggal di dalam kota tidak luput dari kekerasan,” tulis Susan.

Imbas pemberontakan tersebut ribuan rumah orang Tionghoa dijarah dan dibakar. “Kemungkinan korbannya lebih dari 1.000 orang Cina,” tulis Susan.

Menurut Alwi Shahab, ketika pembantaian ini terjadi, perkampungan orang Tionghoa berada kira-kira di sebelah utara Glodok, di kawasan Kali Besar.

VOC kemudian membangun perkampungan baru untuk mereka yang berlokasi sedikit di luar tembok kota yang kini dikenal dengan nama Glodok.

Budayawan Rachmat Ruchiat dalam Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta menyebut ada sejumlah kisah mengenai asal-usul kata Glodok.

Pertama, kata itu disebut berasal dari kata grojok yang mengacu pada bunyi suara kucuran air dari pancuran.

Pada 1670, di area itu terdapat semacam waduk penampungan air yang dikucurkan dengan pancuran kayu dari ketinggian sekitar 10 kaki.

“Kata grojok diucapkan oleh orang-orang Tionghoa totok, penduduk mayoritas kawasan itu zaman dulu. Kemudian berubah menjadi glodok sesuai dengan lidahnya,” tulis Rachmat.

Sumber lain menyebut kata Glodok berawal dari jembatan bernama Jembatan Glodok.

Jembatan itu melintas di atas Kali Besar yang berada di kawasan tersebut. Menurut Rachmat, yang mengutip Frederik de Haan, jembatan itu dinamai demikian karena dahulu di ujungnya terdapat tangga-tangga yang menempel pada tepi kali yang dibuat pada 1643.

Kala itu tangga tersebut biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk sekitar.

Tangga semacam itu dalam bahasa Sunda disebut golodok, sama seperti sebutan bagi tangga rumah.

Sementara itu, Alwi Shahab dalam Betawi: Queen of The East mencatat, kawasan itu mulanya adalah tempat pemberhentian kuda-kuda penarik beban untuk diberi minum.

Masih di sekitar Glodok terdapat pula kawasan Pancoran yang dahulu merupakan tempat penjernihan air.

“Nama Pancoran digunakan karena di tempat ini dulu ada air mancur. Para penduduk siap antri selama beberapa jam untuk mengambil air dari kali Molenvliet (Ciliwung) yang telah disaring terlebih dahulu,” tulis Alwi.

Air dari penampungan itu juga disalurkan ke kawasan kastil melalui Pintu Besar Selatan. Konsep menyalurkan air dengan menggunakan saluran itu telah dikembangkan sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Durven (berkuasa 1728–1732).

Meski begitu proses menyalurkan air ini baru dilaksanakan pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal van Imhoff (berkuasa 1743–1750).

Saluran air yang terbuat dari kayu itu berbentuk balok persegi empat yang dilubangi kemudian disambung satu sama lain dengan direkatkan menggunakan timah.

Saluran air itu kemudian disalurkan ke air mancur yang berada di halaman balaikota atau Stadhuis (kini Museum Sejarah Jakarta), untuk memenuhi kebutuhan air warga di dalam tembok kota.

Seiring berjalannya waktu, aktivitas perekonomian di kawasan Glodok terus berkembang hingga sekarang.

Sebagai salah satu pusat perekonomian yang sibuk di Jakarta, kawasan ini bahkan sempat menjadi pusat perdagangan gelap uang dolar sampai pertengahan tahun 1960-an.*

Sejarah Timor Leste

 

Sejarah Timor Leste berawal dari kedatangan orang Australoid dan Melanesia. Orang dari Portugis mulai berdagang dengan pulau Timor pada awal abad ke-15 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga.

Setelah terjadi beberapa bentrokan dengan Belanda, dibuatlah Perjanjian Lisboa (1859) di mana Portugal memberikan bagian barat pulau itu.

Jepang menguasai Timor Portugis dari 1942 sampai 1945, tetapi setelah mereka kalah dalam Perang Dunia II Portugal kembali menguasainya.

Reruntuhan bekas Polsek dan Koramil di Metinaro, yang hancur lebur diamuk massa.
Reruntuhan bekas Polsek dan Koramil di Metinaro, yang hancur lebur diamuk massa.

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Anyelir di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara.

Maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi diri ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro.

Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975.

Menurut suatu laporan resmi dari PBB, berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia).

Dalam sebuah wawancara pada tanggal 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa “jumlah korban tewas berjumlah 50.000 orang atau mungkin 80.000”.

Tak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.

Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan untuk melawan tentara Indonesia.

Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pengeboman dari udara oleh militer Indonesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan.

Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, tetapi Tim Palang Merah Internasional yang menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.

Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan.

Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Leste yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975.

Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.

Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN).

Istri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberadaan suaminya.

Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan FRETILIN menurut laporan resmi PBB).

Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan ada pula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil CAVR menyatakan 183.000 mati di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom napalm, serta mortir-mortir.

Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara.

Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.

Amerika Serikat dan Australia “merestui” tindakan Indonesia karena takut Timor Leste menjadi kantong komunisme terutama karena kekuatan utama di perang saudara Timor Leste adalah Fretilin yang beraliran Marxis-Komunis.

AS dan Australia khawatir akan efek domino meluasnya pengaruh komunisme di Asia Tenggara setelah AS lari terbirit-birit dari Vietnam dengan jatuhnya Saigon atau Ho Chi Minh City.

Salah satu demonstrasi di Australia yang menentang kependudukan Indonesia di Timor Timur
Tugu peringatan Australia di Balibo

Namun PBB tidak menyetujui tindakan Indonesia. Setelah referendum yang diadakan pada tanggal 30 Agustus 1999, di bawah perjanjian yang disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal, mayoritas penduduk Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia.

 

Antara waktu referendum sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, kaum anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian balasan besar-besaran, di mana sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000 dipaksa mengungsi ke Timor barat.

Sebagian besar infrastruktur seperti rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur. Pada 20 September 1999 pasukan penjaga perdamaian International Force for East Timor (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini.

Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste dengan sokongan luar biasa dari PBB. Ekonomi berubah total setelah PBB mengurangi misinya secara drastis.

Semenjak hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia antara lain dengan mengadopsi Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari Australia sebagai “balas budi” atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum.

Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste dan mengadopsi mata uang dolar AS sebagai mata uang resmi yang mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal ekonomi.

Asal-usul Nama Indonesia dan Pencetusnya

Peta Indonesia
Peta Indonesia

Surabaya – Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Namun istilah Indonesia sudah ada jauh sebelum itu. Lalu, bagaimana asal-usul nama Indonesia dan siapa pencetusnya?

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau Republik Indonesia (RI) merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara. Tanah Air tercinta ini dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara Samudra Pasifik dan Hindia.

Tahun ini, Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-78. Sebelum era kemerdekaan, nama Indonesia sudah digaungkan pada masa pergerakan nasional.

Terlebih dalam peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kongres itu menghasilkan teks Sumpah Pemuda sebagai berikut ini:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Bahkan jauh sebelum itu, sebutan Indonesia juga sudah ada sebagai istilah geografi. Seperti dikutip detikJatim dari situs resmi Indonesia.

Pencetus Istilah Indonesia

Asal-Usul Nama Indonesia dan Artinya, Pencetusnya Ternyata Ilmuwan Kerajaan

Istilah Indonesia dicetuskan oleh James Richardson Logan. Ia merupakan seorang pengacara.

Logan lahir di Berwickshire-Skotlandia pada 10 April 1819. Pada 20 Oktober 1869, ia meninggal di Penang.

Mengenai Logan sebagai pencetus istilah Indonesia disebutkan Pramoedya Ananta Toer dalam buku Sedjarah Modern Indonesia. Buku tersebut diterbitkan di kalangan terbatas pada 1964.

Pram menjelaskan apa itu Indonesia dalam pengantar buku itu. Ia menulis seperti berikut ini.

“Sampai waktu yang lama Indonesia dianggap tjiptaan Bastian, sedang sebenarnja adalah tjiptaan Logan. Pada mulanya Indonesia tidak lebih daripada sebuah istilah geografi, tapi dengan pasangnja gerakan kemerdekaan nasional non-koperatif kemudian mendjadi djuga istilah politik. Sebelum itu, mendjelang tutup abad ke-19, istilah ini telah djuga digunakan sebagai istilah hukum oleh Ir H van Kol dalam perdebatan-perdebatan di dalam Parlemen Belanda,” tulis Pram.

Asal-usul Nama Indonesia

Sejarah dan Asal-usul Nama Indonesia Halaman all - Kompas.com

Pram melihat Logan sebagai etnolog yang mencetuskan istilah Indonesia. Namun sebenarnya, ada dua orang yang terlibat mencetuskan nama Indonesia. Mereka yakni George Samuel Windsor Earl dan Logan.

Earl yang pertama. Ia adalah orang yang menulis sebuah artikel dalam jurnal The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia Vol. IV pada 1850.

Ia menulis The Malayunesian branch of this race di halaman 71 pada jurnal tersebut. Di bawahnya ditambahkan catatan yang menjelaskan istilah itu.

Earl mengusulkan nama baru bagi penduduk kepulauan Hindia dengan nama Indu-nesians atau Malayu-nesians. Namun Earl lebih suka dengan istilah yang kedua.

Menurutnya, istilah Malayu-nesians lebih memberikan penghargaan pada orang-orang Melayu, yang telah menjelajah seluruh kepulauan sebelum orang-orang Eropa.

Logan merupakan kepala redaksi majalah itu. Ia juga kolega Earl, bahkan junior Earl saat masih kuliah.

Mengenai nama baru bagi penduduk kepulauan Hindia, Logan berpendapat sedikit berbeda. Ia lebih suka dengan istilah Indonesia. Menurutnya itu lebih praktis sebagai sebuah istilah geografi untuk membedakan wilayah kepulauan ini dengan wilayah lain.

Bagi Logan, istilah Indonesia lebih praktis ketimbang Indian Archipelago. Di halaman 254 pada jurnal itu, Logan memilih Indonesia sebagai nama wilayah kepulauan, dan penduduknya menjadi orang-orang Indonesia.

Menurut Logan, wilayah ini adalah wilayah bagian daratan yang dibagi dua oleh Teluk Benggala. Di bagian timur yang juga mendapat pengaruh dari India, juga bagian dari keseluruhan wilayah ini.

Maka dari itu, Logan mengusulkan nama India, Ultraindia, atau Transindia dan Indonesia. Jika digambarkan pada saat ini, wilayah India bisa diartikan wilayah antara Pakistan dan India Utara, kemudian India Selatan beserta kepulauan di sekitarnya, dan Asia Tenggara.

Sekilas tentang James Richardson Logan

Logan meninggal dalam usia relatif muda yakni 50 tahun. Ia sakit malaria.

Dalam tulisan berjudul Sebuah Kuburan, Sebuah Nama karya Andreas Harsono, Logan dianggap sebagai pahlawan bagi orang Penang.

Andreas sengaja berangkat ke Penang, dulu orang Melayu menyebutnya Pulau Pinang, untuk mencari makam James Richardson Logan.

Pada Oktober 2008, Andreas melakukan penelusuran makam Logan. Ia ditemani Francis Loh Kok Wah, profesor dari Universiti Sains Malaysia, Anil Netto seorang blogger, dan Himanshu Bhatt, wartawan.

Pemakaman itu berada di Jalan Sultan Ahmad Shah. Atas petunjuk Francis Loh, Andreas menemukan makam yang berbaur dengan makam orang lain yang beragama Protestan. Sebab di Penang, pemakaman orang Protestan dipisah dengan pemakaman orang Katolik.

Makam itu adalah makam Logan bersaudara. Logan dimakamkan berdampingan dengan saudaranya Abraham.

Logan dan Abraham adalah dua bersaudara yang datang ke Penang pada 1840. Pada waktu itu Logan berumur 20 tahun.

Tahun 1842, mereka pindah ke Singapura. Tapi, Logan kembali ke Penang pada 1853.

Di Penang, Logan membeli dan menyunting koran Penang Gazette pada tahun 1853. Sementara sang adik mendirikan koran Singapore Free Press.

Logan meninggal dunia pada 1869. Kematian Logan dianggap sebagai kehilangan besar bagi Penang

Warga Pulau Pinang pada waktu itu mendirikan monumen penghormatan untuk jasa-jasanya. Sifat-sifat Logan tertera dalam tugu itu. Seperti temperance (kesederhanaan), justice (keadilan), fortitude (tabah, ulet), dan wisdom (bijak).

Sejarah Jembatan Pasupati, Dibangun Sejak 1998 Pinjam Dana dari Kuwait

Bandung, IDN Times – Jembatan Layang Pasupati resmi berganti nama menjadi Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Selasa(1/3/2022). Peresmian akan dihadiri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana serta sejumlah pejabat lainnya.
Jembatan Pasupati menjadi salah satu ikon terkenal di Kota Bandung. Sebab, infrastruktur yang mulai dirancang sejak 1998 ini menjadi akses pintu masuk menuju pusat Kota Kembang.
Masyarakat dan wisatawan dipastikan melintasi Jembatan Pasupati jika keluar dari akses Pintu Tol Pasteur menuju Lapangan Gasibu.

Nama Pasupati sendiri merupakan singkatan nama Jalan Pasteur dan Jalan Surapati. Namun, pada Selasa siang, nama Jembatan Pasupati akan berganti menjadi Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja.

Pergantian nama yang diajukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat ini disetujui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Lantas bagaimana awal mula pembangunan jembatan layang ini?

1. Hasil kerja sama Indonesia dengan Kuwait

Sejarah Jembatan Pasupati, Dibangun Sejak 1998 Pinjam Dana dari KuwaitDinas Humas Setda Kota Bandung
Dikutip dari laman Kementerian Pekerjaan Rumah dan Perumahan Rakyat, pu.go.id, pembangunan Jembatan Pasupati sudah mulai diinisiasi pada 1998.
Untuk melancarkan proyek ini pemerintah melakukan pinjaman dana ke Negara Kuwait sebesar Rp437 miliar.
Namun, dalam perjalanannya proyek ini tidak semulus yang diharapkan. Rencana pembangunan mengalami proses cukup panjang karena sempat terhenti bahkan sampai empat tahun karena banyak konflik politik di negara-negara Timur Tengah sehingga pinjaman dari Kuwait dihentikan.
Proyek ini kemudian dilanjutkan kembali pada 19 Juli 2003 setelah pinjaman dicarikan kembali.
Namun, terjadinya loan suspension I dan II tersebut mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan proyek dan berdampak terjadinya pembengkakan dana akibat adanya kenaikan harga-harga dan biaya proyek.
Dananya menjadi melebihi alokasi dana loan KFAED dari Pemerintah Kuwait, dan terpaksa harus ditutupi dari dana APBN.

Waktu pembangunan pun lebih lama dari 730 hari menjadi 1.247 hari, ditambah masa pemeliharaan selama setahun.

Alhasil, rencana awal agar jembatan ini bisa digunakan peserta peringatan Konferensi Asia Afrika pada April 2005 gagal dilakukan.

Peresmian Jembatan Pasupati sendiri dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 12 Juli 2005.

2. Panjang jembatan Pasupati capai 2,5 Km

Sejarah Jembatan Pasupati, Dibangun Sejak 1998 Pinjam Dana dari KuwaitJembatan Pasupati (instagram.com/mundhary)
Titik awal pekerjaan dimulai dari Jalan Dr. Junjunan terus ke Jalan Pasteur, menyeberang lembah Cikapundung, melalui Jalan Cikapayang dan berakhir di Jalan Surapati di sekitar Jalan Ariajipang.
Panjang jembatan ini mencapai sekitar 2,6 km dengan lebar sekitar 21,53 meter.
Terdiri dari 2,5 km jalan layang dan sekitar 300 meter jembatan termasuk jembatan cable stayed 161 meter.

Infrastruktur ini mampu mengurangi kemacetan lalu lintas di simpang Jalan Pasir Kaliki, Cipaganti, Cihampelas, Taman Sari, Ir. H. Juanda, Jl. Wastukencana dan Jalan Siliwangi.

Terbangunnya Jalan Surapati maka penataan kawasan di sekitar Tamansari menjadi lebih baik sehingga menjadi kawasan layak huni dan bisa meningkatakan kesejateraan masyarakat kawasan tersebut.

3. Punya teknologi antigempa

Sejarah Jembatan Pasupati, Dibangun Sejak 1998 Pinjam Dana dari Kuwaitgoogle

 

Jalan layang Pasupati merupakan jalan layang pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi anti gempa.

Perangkatnya yang disebut lock up device (LUD) dibuat di Prancis, sebuanya jumlahnya 76 buah. Jembatan ini secara keseluruhan menggunakan 663 unit segmen yang ditopang oleh 46 tiang.

Setiap segmen beratnya 80 ton sampai ke 140 ton.

Yang menarik, jembatan ini dilengkapi dengan jembatan cable stayed sepanjang 161 meter yang melintang di atas lembah Cikapundung.

Cable stayed merupakan jembatan tanpa kaki. Kekuatan jembatan itu ditopang oleh 19 kabel baja yang terdiri dari 10 kabel sebelah barat dan 9 kabel sebelah timur.

Setiap kabel, berisi 91 dengan ukuran kecil yang masing-masing kabel kecil itu terdiri dari tujuh kabel lain yang berukuran lebih kecil lagi. Sepuluh kabel yang dipasang disebelah barat dibuat berpasangan.

Sosok Tan Malaka dan Kisah Perjuangan Hidupnya sebagai Pahlawan Nasional

Jakarta – Tan Malaka jadi salah satu sosok yang menghantui pinggiran sejarah kaum kiri di Indonesia. Tan Malaka aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa awal pergerakan dan pernah juga menjabat sebagai wakil Komintern (Organisasi Komunis) di Asia Tenggara.
Dilansir dalam buku “Tan Malaka” oleh Masykur Arif Rahman, Tan Malaka memiliki nama kecil yaitu Ibrahim . Pada usia sekitar 16 tahun melalui upacara adat, Ibrahim mendapatkan gelar “Datuk Tan Malaka”. Dari sinilah, ia dikenal sebagai Datuk Tan Malaka.

Gelar Datuk Tan Malaka adalah gelar semibangsawan yang didapatkan dari garis keturunan sang ibu. Kata datuk memiliki arti pemimpin, orang yang dituakan, penghulu, atau kepala adat.

Berikut sosok Tan Malaka yang perlu diketahui:

1. Tan Malaka Lahir di Suliki

Tan Malaka lahir pada tahun 1897. Tempat kelahirannya sekarang dikenal sebagai Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Ayahnya bernama H.M. Rasad, seorang pegawai pertanian dan ibunya bernama Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desanya. Sehingga Tan Malaka termasuk dalam golongan keluarga terpandang, paling tidak di daerah setempat.

2. Pendidikan Tan Malaka

Tan Malaka pada tahun 1913 mengenyam pendidikan Kweekschool Bukit Tinggi dan Rijks Kweekschool, Haarlem Belanda.

3. Tan Malaka dalam Partai Politik

PKI menjadi kendaraan politiknya untuk membebaskan orang-orang pribumi yang ditindas, diperas serta dihina oleh sistem kolonialisme dan kapitalisme Belanda. Ia memilih partai ini untuk dijadikan jalan pembebasan lantaran PKI mengusung gerakan revolusioner.

Jiwanya yang revolusioner menemukan tempat yang cocok di PKI. Ia tidak peduli bahwa dengan masuk PKI, dirinya akan menemukan kesulitan-kesulitan berhadapan dengan pemerintah. Tekadnya yang kuat untuk membela tanah air dan bangsa dari arogansi penjajah membuatnya rela meskipun harus hidup menderita.

Munculnya sifat radikal Tan Malaka terjadi ketika Tan Malaka menemukan ketimpangan sosial di lingkungan sekitar.

4. Tan Malaka dan Pergerakan Kiri

Tan Malaka tiba di Moskwa, Rusia pada tahun 1922. Ia menghabiskan waktu di sana dengan berpartisipasi dalam kegiatan Komintern.

Ia mengambil bagian dalam Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI) untuk kongres keempat. Dalam kongres tersebut Tan Malaka memainkan peranan penting dan menyatakan idenya untuk pertama kalinya.

Tentang hubungan antara partai-partai komunis dan ekspresi nasionalisme seperti pergerakan pan-Islam dan gerakan boikot terhadap kekuatan imperialis yang berkembang di India.

5. Tan Malaka Ditangkap

Berbagai rintangan dihadapi oleh Tan Malaka dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka pernah ditangkap dan dibuang ke Kupang hingga diusir dari Indonesia seiring dengan konflik dengan Partai Komunis Indonesia dan Tan Malaka juga pernah diduga sebagai dalang penculikan Sutan Sjahrir pada tahun 1946.

Meskipun begitu, Tan Malaka memiliki segudang prestasi seperti mendirikan partai PARI (1927) dan Partai Murba (1948). Tan Malaka juga mendirikan sekolah dan mengajar di China tahun 1936 dan sekolah tinggi ke Singapura.

Selama 30 tahun terus menentang kolonialisme di berbagai daerah dan dianggap sebagai sosok yang menentang diplomasi Belanda yang merugikan posisi Indonesia. Tan Malaka dikejar-kejar hingga ditembak dan lenyap di kaki gunung Wilis, Kediri tahun 1949.

Di tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengangkat Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Namun nama Tan Malaka masih jarang terdengar dalam sejarah Indonesia.

Monumen Patung Dirgantara: Sejarah dan Makna di Balik Patung Pancoran

Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara. Kumparan/Aditia Noviansyah.
Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara.
Patung Dirgantara berdiri kokoh di Kecamatan Pancoran. Berdasarkan website resmi Pemkot Jakarta Selatan, jakarta.go.id, Kecamatan Pancoran merupakan salah satu dari 10 kecamatan yang ada di Kota Jakarta Selatan.
Patung ini dapat terlihat jelas bila melalui Tol Lingkar Dalam Kota Jakarta juga dari flyover Gatot Subroto, Jalan M.T. Haryono, Jalan Raya Pasar Minggu dan juga Jalan Prof. DR. Soepomo.

Sejarah Monumen Patung Dirgantara

Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara. Kumparan/Iqbal Firdaus.

Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara. Kumparan/Iqbal Firdaus.
Sejarah pembangunan Patung Dirgantara dimulai pada 1964-1966. Dibuat oleh maestro pematung Indonesia, Edhi Sunarso. Proses pengecorannya dibantu dan dilakukan oleh Artistik Dekoratif Yogyakarta, dipimpin I Gardono.
Presiden Soekarno ingin menghadirkan citra penerbangan Indonesia yang perkasa di mata dunia. Oleh karenanya, patung ini kemudian dinamakan Patung Dirgantara.
Ketika patung ini dikerjakan, Presiden Soekarno sudah sakit-sakitan. Bahkan Soekarno yang saat itu sudah masuk pengasingan, tentu tidak punya banyak dana untuk membiayai ambisi merampungkan patung ini.
Pasalnya patung ikonik ini terbuat dari bahan perunggu. Berat total patung ini tercatat mencapai hingga 11 ton, dengan tinggi 11 meter, dan kaki patung setinggi 27 meter. Sehingga berat keseluruhannya mencapai 11 ton.
Biaya pembangunan Patung Dirgantara atau Patung Pancoran cukup besar pada masa itu, yakni Rp12.000.000. Pemerintah ketika itu hanya menyiapkan dana sebesar Rp5.000.000. Soekarno turut mengeluarkan uang pribadi sebesar Rp1.000.000 demi proyek tersebut.
Soekarno juga menjual mobil pribadinya sebagai tambahan dana proyek monumen itu. Namun, dana yang dikumpulkan ini pun masih belum bisa menutupi total biaya pembuatan patung megah tersebut

Makna di Balik Patung Dirgantara

Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara. Kumparan/Aditia Noviansyah.

Ilustrasi Monumen Patung Dirgantara.
Sebagaimana yang dicita-citakan Presiden Soekarno, makna dari berdirinya patung ini yakni sebagai gambaran manusia angkasa dengan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa.
Penggambaran pemahaman ini tercermin pada patung yang mengedepankan kejujuran, keberanian, dan juga semangat pengabdian.
Patung Dirgantara atau Patung Pancoran memiliki keunikan sendiri. Pose tangan yang menunjuk dari patung ini diperagakan sendiri oleh Bung Karno.
Pose ini mewakili gambaran keinginan untuk memimpin penerbangan Indonesia agar maju hingga tingkat internasional. Monumen Patung Dirgantara juga menjadi simbol prestasi dan aspirasi Indonesia.
Tangan patung Pancoran yang menunjuk ke arah utara, yakni mengarah ke Bandar Udara Internasional Kemayoran, yang masih beroperasi kala itu. Sedangkan wajah patung mengambil rupa sang pematung, Edhi Sunarso.
Fakta menarik dari patung ini, yakni patung ini tidak pernah diresmikan dan sebenarnya juga belum rampung. Presiden Soekarno pun tidak pernah melihat hasil akhir dari pembangunan patung ini.
Hal tersebut dikarenakan patung ini dibuat pada akhir masa kepemimpinan presiden pertama Indonesia itu. Saat itu pula terjadi peristiwa besar yakni Gerakan 30 September 1965.
Demikian informasi mengenai sejarah dan makna di balik Monumen Patung Dirgantara atau Patung Pancoran. (Fitri A)

Sejarah Lahirnya FBR Di Tengah Kota Jakarta

Sejarah Lahirnya FBR Di Tengah Kota Jakarta

HISTORY – FBR telah beroperasi di Jakarta selama satu dekade. Organisasi kesukuan ini dibentuk sebagai tanggapan atas keprihatinan para tetua Betawi tentang kondisi kehidupan mereka di Jakarta.

Karena masyarakat Betawi semakin terpinggirkan dan terhimpit oleh kehidupan kota. Mereka berharap tidak diremehkan di ibu kota yang semakin bersolek seiring kemajuan modernisasi.

Arti Kata “Rempug”

Sejarah Lahirnya Forum Betawi Rempug yang Ditonggaki Agamawan Muda

Pada tanggal 29 Juli 2001, pada tanggal 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriyah, FBR didirikan.

FBR didirikan atas bantuan beberapa tokoh muda Betawi di Pondok Pesantren Zidatul Mubtadi’ien Yatim Cakung, Jakarta Timur.

Janji mendirikan FBR dibacakan di Pondok Pesantren Ziyadatul Mubtadi’ien di Jalan Raya Pgilan No. 100 Pedaengan, Cakung, Jakarta Timur. Fadloli, putra almarhum Kyai MKyai Muhir dan Hj. Maanih, lahir di wilayah itu.

Kata Betawi “Rempug” di akhir nama FBR memiliki arti kata paduan yang kompak. Sejak itu, jumlah anggota baru terus meningkat.

Mereka kemudian mendirikan gardu induk untuk menjadi perwakilan di berbagai wilayah Jabodetabek.

Sebuah gardu mempekerjakan seratus orang. Untuk menghimpun dana dari anggota, mereka juga menggunakan sistem urunan biaya anggota.

Hingga saat ini tercatat jumlah gardu induk tersebut berjumlah ratusan, dengan anggota lebih dari 600 ribu orang. Sebagai organisasi Betawi, FBR tidak sendiri.

Contohnya antara lain ada Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), Forum Persatuan Betawi (FBB), Ikatan Keluarga Betawi (Ikabe), Persatuan Masyarakat Betawi (PMB), dan Persatuan Orang Betawi (POB).

Misi FBR

KH Lutfi Hakim : FBR Fokus Kawal RUU DKJ – MEDIA MITRA TNI POLRI

Gerakan perjuangan FBR dilandasi oleh keikhlasan, persatuan, dan tanggung jawab moral kepada masyarakat sekitar yang terpinggirkan akibat pembangunan ekonomi.

Para pendiri FBR percaya bahwa pembangunan tidak melibatkan rakyatnya. FBR berupaya melakukan perubahan yang positif, efisien, dan bermartabat melalui program-programnya.

Sehingga ke depan masyarakat Betawi bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi yang profesional dan proporsional.

Almarhum Fadloli berharap FBR dapat mempererat persaudaraan antar warga Betawi dimanapun, berpartisipasi dalam program pemerintah, meningkatkan sumber daya masyarakat Betawi, meningkatkan peran masyarakat Betawi dalam segala aspek kehidupan, melestarikan seni budaya Betawi, dan akhirnya mengimplementasikan nilai-nilai Islam.

Namun, citra FBR tampaknya bertentangan secara diametral cita-cita mereka. FBR dan sejumlah ormas berbasis primordial kerap bentrok dengan ormas lain di lapangan.

FBR dan ormas lainnya menjadi perbincangan hangat akibat seringnya bentrokan. Sepeninggal Fadloli, FBR kini dipimpin oleh Luthfi Hakim.

Organisasi FBR tidak dibentuk untuk mengizinkan anggotanya menggunakan kekerasan. Beberapa khawatir tentang kelangsungan hidup mereka sendiri.

Pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, wacana pembubaran ormas dinilai meresahkan, tidak pernah terwujud.

Karena semua kelompok etnis berinteraksi dalam masyarakat yang serba cepat, FBR didirikan di jantung komunitas sosial Jakarta yang beragam.

Akibatnya, dalam hal pembangunan ekonomi dan moral, keragaman penduduk Jakarta dianggap sebagai aset kota yang paling berharga.

Sebagai warga inti Jakarta, Betawi menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan diri di tengah masyarakat yang majemuk, antara lain masalah politik, sosial budaya, ekonomi, agama, dan sebagainya.

Pembentukan FBR diharapkan agar masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasinya, mengaktualisasikan diri, dan mengembangkan potensinya tanpa harus mengecualikan suku bangsa lain yang hidup berdampingan di bumi Betawi.

Sejarah Orang Betawi

Milad ke-22, Ribuan Massa FBR Tumpah Ruah Padati Kawasan Ancol

Keturunan biologis dari campuran berbagai suku dan bangsa membentuk mereka yang mengidentifikasi diri sebagai orang Betawi. Mereka adalah keturunan dari pernikahan antaretnis bersejarah dan serikat multinasional.

Suku bangsa ini masih dalam masa pertumbuhan, begitu pula pemahaman diri sebagai anggota masyarakat Betawi. Tergantung dari mana mereka berasal, mereka biasanya menyebut diri mereka dalam percakapan sehari-hari sebagai orang Kemayoran, Senen, atau Rawabelong.

Kehadiran orang Betawi sebagai kelompok etnis dan sebagai entitas sosial dan politik di lingkungan yang lebih besar, khususnya Hindia Belanda, baru diakui pada tahun 1923, ketika Moh Husni Thamrin, seorang tokoh masyarakat Betawi, mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi.

Saat itu, semua orang Betawi baru tahu bahwa mereka adalah golongan orang Betawi. Berbagai kultur dan budaya termasuk dari luar nusantara telah tergabung dalam budaya Betawi secara umum.

Sejarah Berdirinya Pemuda Pancasila, Fakta, dan Sepak Terjangnya

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat menghadiri acara Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) Pemuda Pancasila di   Solo, Jawa Tengah, Sabtu (28/10). Acara tersebut sekaligus sebagai perayaan hari ulang tahun ke-58 Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang juga bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/NZ/17.
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat menghadiri acara Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) Pemuda Pancasila di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (28/10). Acara tersebut sekaligus sebagai perayaan hari ulang tahun ke-58 Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila yang juga bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda.

HISTORY – Ormas Pemuda Pancasila menjadi sorotan setelah terjadinya insiden pengeroyokan terhadap salah seorang polisi anggota Polda Metro Jaya.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (26/11/2021) Kepala Bagian Operasi (KBO) Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Dermawan Karosekali menjadi korban pengeroyokan massa dari ormas Pemuda Pancasila.

Karosekali menjadi korban saat dirinya bertugas mengamankan aksi demonstrasi massa Pemuda Pancasila di gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (25/11/2021) yang berakhir ricuh.

Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur menyatakan, Karosekali menderita trauma di perut akibat pengeroyokan yang dilakukan massa Pemuda Pancasila. Aksi kekerasan yang melibatkan ormas Pemuda Pancasila sudah berulangkali terjadi.

Sebelumnya, ormas ini sempat terlibat bentrokan dengan ormas Forum Betawi Rempung di Ciledug, Tangerang pada 19 November 2021. Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Pemuda Pancasila?

Sejarah Pemuda Pancasila: Didirikan oleh pentolan militer Mengutip laman Badan Pelaksana Kaderisasi Pemuda Pancasila, organisasi Pemuda Pancasila dideklarasikan pada 28 Oktober 1959.

Pembentukan organisasi Pemuda Pancasila diprakarsai oleh penggawa partai politik Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI).

Untuk diketahui, IPKI merupakan partai politik yang didirikan oleh pentolan militer Indonesia pada era Orde Lama atau pada saat era kepemimpinan Presiden Soekarno.

Mengutip laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, partai politik IPKI merupakan kelanjutan IPKI yang dibentuk sejak 20 Mei 1954.

Para tokoh pemrakarsa IPKI di antaranya adalah Kolonel Abdul Haris Nasution, Kolonel Gatot Subroto, Kolonel Aziz Saleh, dan lainnya.

IPKI merupakan partai politik yang didirikan dengan tujuan sebagai lawan ideologis dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika PKI mendirikan organisasi Pemuda Rakyat, IPKI meresponsnya dengan mendirikan organisasi Pemuda Pancasila pada 28 Oktober l959.

Gesekan antara Pemuda Pancasila dan PKI menjadi hal yang tak bisa dihindari.

Bahkan, Pemuda Pancasila bersama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) terlibat dalam pembersihan PKI dan seluruh anasir komunis di Indonesia saat gejolak tahun 1965 yang menjadi cikal bakal kelahiran Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

Eksis hingga sekarang

Semuda Pancasila berhasil melewati tiga era pemerintahan Indonesia, yakni era Orde Lama, era Orde Baru, dan kini era Orde Reformasi.

Dalam Musyawarah Besar ke-VII Pemuda Pancasila tahun 2001 di Wisma Kinasih Bogor, diputuskan bahwa Pemuda Pancasila berubah menjadi ormas yang bebas dari segala bentuk politik praktis.

Arah kegiatan organisasi tersebut kini lebih dititikberatkan untuk bergerak di sektor kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Rantai komando dalam tubuh Pemuda Pancasila terdiri dari tingkat nasional (Majelis Pimpinan Nasional), provinsi (Majelis Pimpinan Wilayah), kota/kabupaten (Majelis Pimpinan Cabang), kecamatan (Pimpinan Anak Cabang), hingga kader di kelurahan sebagai basis massa terbawah. Dengan semboyan “Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang”, Pemuda Pancasila mendeklarasikan diri bahwa organisasi tersebut siap menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik itu perubahan zaman, politik, hingga sistem pemerintahan.

Mendapat dukungan elite politik

Presiden Joko Widodo (empat kiri) bersama Ketua MPR yang juga Wakil Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila (PP) Bambang Soesatyo (ketiga kiri), Ketua DPD La Nyalla Mattalitti (kedua kiri), Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kiri) dan Ketua Umum MPN PP Japto Soerjosoemarno (kelima kiri) menghadiri peresmian pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) X dan Perayaan HUT ke-60 Pemuda Pancasila di Jakarta, Sabtu (26/10/2019). Pemuda Pancasila menggelar Mubes X dengan tema “Mengembalikan marwah Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, sesuai naskah asli yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945” yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2019 di Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.
Presiden Joko Widodo (empat kiri) bersama Ketua MPR yang juga Wakil Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila (PP) Bambang Soesatyo (ketiga kiri), Ketua DPD La Nyalla Mattalitti (kedua kiri), Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kiri) dan Ketua Umum MPN PP Japto Soerjosoemarno (kelima kiri) menghadiri peresmian pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) X dan Perayaan HUT ke-60 Pemuda Pancasila di Jakarta, Sabtu (26/10/2019). Pemuda Pancasila menggelar Mubes X dengan tema “Mengembalikan marwah Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, sesuai naskah asli yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945” yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2019 di Jakarta. 

Diberitakan a.com, Sabtu (27/11/2021) ormas Pemuda Pancasila juga memiliki sokongan dari para elite politik nasional. Ketua MPR Bambang Soesatyo tercatat menjadi Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila.

Bahkan, Presiden Joko Widodo beserta Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga tercatat sebagai anggota kehormatan Pemuda Pancasila. Jokowi dikukuhkan sebagai anggota kehormatan Pemuda Pancasila saat membuka Musyawarah Besar Pemuda Pancasila di Hotel Sultan, Jakarta, pada 26 Oktober 2019.

Ketua Umum Pemuda Pancasila Yapto Soerjosumarno mengatakan, para anggota kehormatan mendapat perlindungan penuh darinya selaku Ketua Umum Pemuda Pancasila.

“Kami sudah mengangkat Presiden RI Joko Widodo. Saya bertanggung jawab melindungi pemegang kartu anggota Pemuda Pancasila,” kata Yapto.

Dua hari berselang pada 28 oktober 2019, tepatnya pada penutupan Musyawarah Besar Pemuda Pancasila, giliran Ma’ruf Amin yang didapuk sebagai anggota kehormatan.

Yapto langsung yang mendapuk Ma’ruf Amin menjadi anggota kehormatan Pemuda Pancasila dalam acara tersebut.

Ma’ruf diberikan status anggota kehormatan usai menyampaikan pidato penutupan Musyawarah Besar Pemuda Pancasila.

“Dengan mengucap bismillahirahmanirrahim, kami akan mengangkat KH Ma’ruf Amin menjadi anggota kehormatan atau anggota luar biasa Pemuda Pancasila,” ujar Yapto saat menutup acara tersebut.

Koja Berdarah, Ketika 3 Tewas dan Ratusan Luka-Luka dalam Konflik Makam Mbah Priok

JAKARTA,HISTORY– Mbah Priok atau Habib Hassan Al Haddad sudah menjadi tokoh keramat bagi masyarakat Jakarta Utara, Khususnya Koja, Tanjung Priok.

Makamnya yang terletak di Jalan Jampea No. 6, Koja, pun menjadi tempat ziarah yang selalu ramai pengunjung.

Masyarakat dari berbagai daerah datang berduyun-duyun ke sana untuk melakukan doa bersama dan memberi penghormatan kepada sosok yang dikenal berjasa dalam menyebarkan agama Islam tersebut.

Koja berdarah

Namun, pada 14 April 2010 terjadi sebuah peristiwa berdarah di sekitar makam keramat itu.

Bentrokan terjadi antara warga dan petugas keamanan yang terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) serta aparat TNI dan Polri.

Pemicunya adalah sengketa tanah.

Catatan bbc.com, pemerintah DKI mengklaim bahwa makam itu berdiri di atas lahan milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II.

Namun, klaim tersebut dibantah oleh pewaris makam Mbah Priok, sehingga terjadilah bentrokan. Akibat bentrokan tersebut, tiga anggota Satpol PP meninggal dunia.

Sebanyak 28 orang mengalami luka berat, 21 orang luka sedang, dan 148 luka ringan. Korban berasal dari warga dan petugas keamanan.

Kronologi kejadian Kepala Satpol PP Kepulauan Seribu Hotman Sinambela, yang terlibat dalam peristiwa berdarah itu, mengisahkan pengalaman traumatis yang ia alami ketika mengawal penggusuran lahan makam Mbah Priok.

“Saya masih ingat benar, saya lompar pagar tinggi sampai tiga kali. Setelah itu baru lewat laut naik perahu (kabur dari lokasi kerusuhan), karena saya memang warga Kepulauan Seribu,” ujarnya, Sabtu (17/4/2010).

Hotman mengisahkan, seperti dilansir Tribunjakarta.com, eksekusi penggusuran lahan makam dimulai sekitar pukul 05.20 WIB pada Rabu (14/4/2010).

Sebanyak 1.750 anggota Satpol PP dari beberapa wilayah, termasuk dari Kepulauan Seribu diterjunkan.

Baru sampai mengeruk bagian depan area makam, sekelompok orang sudah melakukan perlawanan.

Sebagian massa mengacung-acungkan celurit dan parang. Lama-kelamaan, kelompok tersebut mendapat bantuan yang lebih besar dan membentuk massa yang tidak terkendali.

“Bayangkan anggota saya tidak bersenjata, tapi dilawan dengan orang-orang yang mengacungkan samurai dan celurit. Bahkan sudah lempar bom molotov,” ujar Hotman.

Satpol PP jadi korban

Ia mengakui anggotanya sempat memberikan perlawanan karena melihat ada anggota Satpol PP bernama Tadjudin sudah putus tangannya tersabet parang.

“Anggota saya melihat Tadjudin tangannya sudah putus saat itu. Sebenarnya saat itu juga dia sudah meninggal.

Kalau sudah begitu, siapa yang enggak panik. Cuma masalah tanah gapura saja sampai seperti itu.

Kami sebenarnya tidak menginginkan seperti itu terjadi,” ujarnya. Pada siang hari, massa mulai menguasai akses pintu masuk ke makam, yang merupakan jalan menuju Terminal Petikemas Koja.

Ia dan anak buahnya harus tunggang langang menghindar dari serbuan massa yang mulai membabi buta jika melihat ada anggota Satpol PP di lokasi kejadian. Menjelang Maghrib, Hotman sempat mengkhawatirkan keselamatan anggotanya.

Karena sempat menunggu beberapa menit sebelum ada speed boat yang menjemput. “Saat itu, saya cemas dan bingung juga. Mau bagaimana lagi kalau sudah di ujung,” ujarnya.

Hotman mengaku tak terlalu memikirkan berapa miliar jumlah kerugian yang dialamai pihaknya.

Ia lebih khawatir nasib anggotanya yang belum kembali. “Yang sudah kembali dengan saya lewat laut baru 877 dari 1750 orang.

Saya dapat informasi ada 2 mayat lagi ditemukan. Tapi, kami belum tahu kebenarannya, ” ujarnya. Sebagai pimpinan Satpol PP Kepulauan Seribu, Hotman minta kepada anggota Satpol PP yang belum kembali, segera melapor ke Posko Pengaduan.

Ia juga minta bantuan masyarakat agar melapor jika menemukan anggota yang sakit ataupun tewas.

“Saya minta bantuan masyarakat untuk mencari dimana mayatnya. Kalau pun hanya tinggal kepalanya, beritahu kami,” pintanya. Ia akui, pada malam itu juga mendapat perintah dari atasan agar anggota Satpol PP tidak aktif sementara.

Bahkan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, anggota Satpol PP hanya berani mengenakan pakaian biasa.