Misteri 7 Tahun “Lubang Neraka Siberia” di Lingkaran Arktik Rusia

HISTORY – Di sebuah semenanjung terpencil di atas lingkaran Arktik, sebuah lubang besar menganga diyakini para ilmuwan akibat ledakan dari bawah tanah. Lubang itu disebut-sebut sebagai “Lubang Neraka Siberia”.

Di sekitar lubang kawah itu, akar-akar tanaman di bagian tepinya tampak hangus, menunjukkan betapa hebatnya lubang di tengah Arktik Siberia ini tercipta.

Melansir BBC Future, Evgeny Chuvilin seorang ahli geologi di Institut Sains dan Teknologi Skolkovo, Moskwa, Rusia berkunjung ke situs itu tahun lalu.

Lubang itu memiliki kedalaman 164 kaki (50 meter) dan menampung bagian-bagian penting dari teka-teki yang masih menjadi misteri.

Lubang itu diyakini disebabkan oleh gas bawah tanah, sebuah fenomena alam yang memengaruhi wilayah yang memanas dengan cepat itu di tengah musim panas tahun lalu.

Lubang kawah itu disebut kawah 17 karena 16 lubang serupa sudah ditemukan sebelumnya di ujung barat laut Siberia sejak pertama kali diamati pada 2014.

Situs web berita sains Gizmodo menjuluki lubang besar itu sebagai “lubang menuju neraka”.

“Lubang itu membuat suara-suara. Seperti sesuatu yang hidup,” ujar Chuvilin dikutip The Moscow Times.

Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika pernah menyatakan HOAKS untuk sebuah tayangan video YouTube yang mengatakan bahwa “Lubang Neraka” di Siberia adalah benar-benar berasal dari alam neraka.

Melalui keterangan rilis Kominfo, video yang menayangkan suara-suara jeritan memilukan seperti penghuni neraka yang disiksa adalah tidak nyata alias editan dari film horor Baron Blood (1972).

Dua teori terbentuknya “Lubang Neraka Siberia”

Selain sebagai pakar geologi, Chuvilin juga salah satu ahli permafrost terkemuka Rusia yang mengambil bagian dalam ekspedisi dan menceritakan pengalaman ekspedisinya kepada The New York Times (NYT).

Para peneliti percaya bahwa lubang kawah terbentuk ketika tanah beku yang lama dikenal sebagai permafrost mulai mencair dan melepaskan gas metana yang terperangkap.

Metana menciptakan tonjolan di permukaan bumi yang dikenal sebagai pingos, yang akhirnya meledak dan meninggalkan kawah. Metana yang terperangkap “meledak seperti sebotol sampanye,” kata Chuvilin.

Dilansir dari NYT ada dua teori yang mampu menjelaskan mengapa metana bisa menyebabkan ledakan.

Pertama, metana beku di dalam yang kembali ke keadaan gasnya atau lapisan es yang mencair melepaskan endapan metana.

Permafrost yang mencair juga dikaitkan dengan tumpahan bahan bakar solar besar-besaran di dekat kota Norilsk di Arktik pada Mei 2020.

Para pencinta lingkungan menyebutnya sebagai tumpahan terburuk yang pernah terjadi di wilayah tersebut.

Wilayah Arktik dan Siberia Rusia sudah memanas lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, menghadapi gelombang panas musim panas yang bersejarah tahun lalu disertai dengan kebakaran hutan, tumpahan bahan bakar, gagal panen, dan masih banyak lagi.