History Patung Lele, Ikon Kota Bekasi yang Kini Tinggal Kenangan

Kisah Pembakaran Patung Lele yang Sempat Menjadi Ikon Kota Bekasi (Foto Dok. Istimewa)
Kisah Pembakaran Patung Lele yang Sempat Menjadi Ikon Kota Bekasi
HISTORY – Bekasi, meskipun dikenal sebagai salah satu kota industri di Jawa Barat, nyatanya masih menyimpan beberapa cerita sejarah menarik.

Salah satunya adalah kisah Patung Lele yang saat ini sudah tidak dapat kita temukan lagi bentuknya karena dibakar oleh masyarakat sendiri.

Pada tahun 1995 di masa pemerintahan Bupati Moch. Djamhari, sebuah Patung Lele yang juga dihiasi oleh sebuah kecapi dibangun.

Pembangunan patung ini diperuntukkan sebagai salah satu simbol atau landmark dari Bekasi yang saat itu mulai berkembang sebagai salah satu kota besar.

Namun di tahun 1997, masyarakat Bekasi yang saat itu tergabung dalam Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB) melayangkan surat protes kepada Walikota Bekasi, Nonon Sonthani (Kota Bekasi sudah berdiri pada tahun 1996).

Pemerintah sempat memberikan respon dan tanggapan lewat sebuah SK (Surat Keputusan) yang memerintahkan pembongkaran tersebut.

Sayangnya, pembongkaran dari patung tersebut tidak pernah terlaksana hingga beberapa waktu yang membuat masyarakat tidak tahan.

Salah seorang pengurus dari BKBM, Damin Sada yang saat itu juga menjabat sebagai kepala desa di Desa Srijaya (saat ini masuk wilayah Kecamatan Tambun Utara) berinisiatif untuk membakar patung tersebut.

Realisasi pun dilakukan pada Kamis, 24 April 2002 bersama dengan masyarakat lain yang juga tidak setuju terhadap berdirinya patung ini.

Aksi pembakaran ini didasari atas anggapan dari masyarakat Bekasi saat itu yang percaya bahwa lele merupakan hewan yang rakus dan pemakan segalanya.

Hal tersebut tentu saja mengusik masyarakat Bekasi di mana mereka tidak ingin disamakan dengan lele.

Selain itu, hiasan kecapi di patung tersebut juga memberikan anggapan bahwa masyarakat Bekasi terbilang murahan dan rendah.

Karena tumbuhan kecapi saat itu banyak tumbuh di daerah Bekasi yang mana harganya saat itu terbilang murah di pasaran.

Sempat berubah menjadi sebuah tugu jam gadang, patung ini pada akhirnya diubah menjadi sebuah tugu bambu runcing berwarna kuning yang dianggap lebih menjadi landmark bagi Bekasi

Post Comment