History – Fakta Menarik Patung Buddha Bamiyan di Afghanistan
Bamiyan – Lembah Bamiyan di Afghanistan memiliki lanskap seni, budaya, dan peninggalan arkeologi Buddha. Yang paling menakjubkan adalah dua patung Buddha raksasa, yang sayangnya sudah dihancurkan.
Dua patung Buddha tersebut diakui sebagai Warisan Budaya UNESCO. Patung-patung itu, yang diukir langsung dari tebing Lembah Bamiyan pada abad ke-5 atau abad ke-6, berdiri dengan tinggi 38 meter, menampilkan kemegahan seni dan spiritualitas Buddha yang pernah berkembang di wilayah ini.
Patung-patung itu dihancurkan oleh Taliban pada Maret 2001. Aksi itu dikutuk oleh dunia.
Sisa-sisa patung Buddha itu tetap menjadi magnet wisatawan dan peneliti.
Pengunjung yang datang ke Bamiyan dapat merasakan atmosfer sejarah yang kental, berjalan di antara tebing-tebing yang dulu memayungi patung Buddha, serta menikmati keindahan alam sekitarnya.
Keberadaan situs itu tidak hanya mengingatkan kita pada kehebatan seni dan budaya masa lalu, tetapi juga pada pentingnya pelestarian warisan dunia untuk generasi mendatang.
Tak hanya kisah menarik dan tragis, Patung Buddha Bamiyan juga memiliki 4 fakta unik yang perlu traveler ketahui.
Berikut 4 fakta unik Patung Buddha Bamiyan di Afghanistan:
1. Sejarah Patung Buddha Bamiyan
Bamiyan, yang terletak di jalur sutra yang menghubungkan China dan India dengan dunia Barat, berkembang menjadi pusat keagamaan.
Bamiyan menjadi rumah bagi sejumlah biara Buddha dan menjadi tempat pertemuan budaya Timur dan Barat, menciptakan bentuk-bentuk baru seni Buddha-Yunani.
Para biksu yang tinggal di biara Bamiyan hidup sebagai pertapa di gua-gua kecil yang diukir di tepi-tepi tebing lembah. Mereka menatah berbagai patung Buddha dalam pose berdiri dan duduk di dalam gua-gua ini.
Patung-patung tersebut, yang menghadap jurang, dihiasi dengan fresco berwarna-warni oleh para biksu. Dua patung Buddha terbesar yang berdiri setinggi 55 dan 38 meter dan telah menjadi ikon budaya selama bertahun-tahun. Situs ini bahkan telah masuk dalam Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pada sekitar tahun 630, seorang peziarah Budha dari China bernama Hsüan-tsang (Xuanzang) mengunjungi Bamiyan dan mencatat bahwa kota ini merupakan pusat Buddha yang berkembang dengan lebih dari sepuluh biara dan seribu biksu. Dia juga menulis bahwa kedua patung Buddha tersebut “dihias dengan emas dan batu permata”.
2. Dipahat Manual Berabad-Abad
Dua patung Buddha raksasa di Bamiyan dianggap istimewa karena dipahat secara manual tanpa bantuan alat modern. Pembangunan kedua patung ini memakan waktu yang sangat lama, dengan setiap detail diukir langsung dari tebing berwarna karamel yang megah.
Patung-patung ini berdiri berdampingan dengan gua-gua kuno yang tertanam di dinding tebing. Gua-gua ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal para biksu, tetapi juga sebagai kanvas untuk seni mereka.
Pengunjung yang datang ke situs ini dapat melihat pahatan dinding penuh warna dan fresco yang menghiasi gua-gua tersebut, menambah keindahan dan kekayaan sejarah.
3. Perpaduan Budaya Barat dan Timur
Afghanistan terletak di Jalur Sutera yang strategis, menjadikannya titik temu antara Dinasti China dan Kerajaan Persia di masa lalu. Oleh karena itu, wilayah ini menyerap perpaduan budaya dari dua kerajaan besar tersebut, yang masih dapat dilihat hingga kini.
Lembah Bamiyan adalah salah satu contoh paling menonjol dari percampuran budaya ini. Arsitektur dan material yang digunakan dalam pembangunan situs ini mencerminkan pengaruh budaya China dan Persia.
Patung-patung Buddha raksasa dan gua-gua yang dihiasi dengan fresco berwarna-warni menunjukkan bagaimana kedua budaya tersebut berbaur untuk menciptakan karya seni yang unik.
Islam mulai masuk ke Afghanistan sekitar abad ke-14 M, dan jejaknya dapat dilihat dalam arsitektur beberapa bangunan yang memperlihatkan perpaduan antara budaya China dan Islam. Itu menunjukkan bagaimana agama dan budaya baru menyatu dengan tradisi yang sudah ada, menciptakan warisan arsitektur yang kaya dan beragam.
Lembah Bamiyan tidak hanya penting sebagai situs sejarah dan keagamaan, tetapi juga sebagai simbol dari kekayaan budaya yang dihasilkan dari interaksi berbagai peradaban. Pengaruh China dan Persia terlihat jelas dalam setiap aspek situs ini, dari pahatan patung hingga dekorasi gua, memperlihatkan bagaimana Bamiyan menjadi pusat budaya dan agama di Jalur Sutera.
4. Penghancuran dan Pembangunan Kembali
Pada tahun 2001, Mahkamah Agung Taliban memutuskan bahwa semua patung di Afghanistan harus dihancurkan karena berpotensi menjadi berhala. Keputusan itu didukung oleh 400 pemuka agama Afghanistan.
Meskipun patung-patung Buddha telah bertahan selama lebih dari 1.500 tahun, pemerintahan Taliban mengeluarkan fatwa untuk menghancurkannya. Pada bulan Maret 2001, setelah penyerangann intensif selama hampir satu bulan, kedua patung Buddha terbesar dihancurkan dengan dinamit dan tembakan tank.
Menteri Penerangan Taliban, Qudratullah Jamal, menyatakan bahwa penghancuran itu tidak mudah karena patung-patung tersebut terpahat erat pada tebing. Meskipun patung-patung tersebut sebagian besar hancur, sketsa dan beberapa ciri khasnya masih terlihat.
Traveler masih dapat menjelajahi gua-gua dan lorong-lorong yang menghubungkannya. Sebagai bagian dari upaya internasional untuk membangun kembali Afghanistan setelah era Taliban, pemerintah Jepang bertekad untuk membangun kembali kedua patung Buddha yang hancur ini.
Post Comment