History Candi Prambanan: Asal Usul dan Proses Pembangunan
Dengan masuknya budaya asing dan berbagai kepercayaan agama dari berbagai kalangan pendatang yang masuk ke Indonesia tersebut ternyata cukup memiliki dampak besar terhadap perkembangan agama dan budaya yang dianut.
Dari berbagai latar belakang sejarah berdasar agama dan budaya yang beragam tersebut menjadikan banyaknya situs-situs bersejarah di Indonesia juga ikut terpengaruh salah satunya kebudayaan hindu buddha yang banyak sekali mewarnai perkembangan sejarah di Indonesia dengan hadirnya berbagai macam candi sebagai warisan sejarah dari bekas kerajaan-kerajaan hindu buddha di masa lampau.
Salah satu dari banyaknya peninggalan bersejarah berupa candi tersebut yang paling umum diketahui masyarakat Indonesia dan salah satu situs candi dengan komplek terbesar adalah candi Prambanan yang terletak di daerah sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Prambanan adalah bukti sejarah dari bekas peninggalan kerajaan bercorak hindu di masa lalu yang masih berdiri kokoh dan dijaga keberadaannya hingga saat ini sebagai salah satu warisan peninggalan dunia dan sebagai bukti sejarah.
Tapi apakah kalian sudah tahu mengenai latar belakang mengenai berdirinya candi Prambanan tersebut? Kapan dan siapa yang memiliki ide pertama kali untuk membangun candi tersebut? Serta memerlukan waktu hingga berapa lama untuk membangun situs bersejarah tersebut? Nah, pada pembahasan kali ini kami akan mencoba mengupas tuntas mengenai sejarah candi Prambanan terbentuk. Selanjutnya, pembahasan tersebut akan kami jelaskan dibawah ini.
Prambanan
Candi dalam penggunaannya kata pada bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyebut bangunan keagamaan, di mana terdapat situs pemujaan kuno dari peradaban Budha-Hindu. Karya ini adalah tempat untuk menyelenggarakan upacara pemujaan seperti, pemujaan dewa, menghormati leluhur atau menghormati Buddha.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Namun, istilah candi tidak hanya digunakan oleh masyarakat umum untuk menyebut tempat ibadah saja, terdapat banyak situs arkeologi non-religius dari periode klasik Hindu-Budha Indonesia, baik listrik (kraton), kamar mandi (pértaan), pintu, dll, disebut candi.
Candi-candi tersebut merupakan replika dari bangunan tempat para dewa sebenarnya tinggal, yaitu Gunung Mahameru. Oleh karena itu, seni arsitektur dihiasi dengan berbagai jenis ukiran, yang diukir dalam bentuk pola hias sesuai dengan sifat Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan-pesan yang disampaikan melalui arsitektur, relief, arca tidak pernah memisahkan unsur spiritual, kreativitas dan karya sang pencipta.
Beberapa candi seperti candi Borobudur dan Prambanan dibangun dengan sangat megah, detail, berhias mewah, dengan cita rasa estetis yang tinggi, dengan menggunakan teknologi arsitektur mutakhir pada masanya. Bangunan-bangunan tersebut selama ini menjadi bukti tingginya budaya dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.
istilah “Candi” konon berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu manifestasi Dewi Durga sebagai Dewi Kematian. Oleh karena itu, candi selalu dikaitkan dengan peninggalan dimana pendharmaan adalah untuk menghormati raja yang telah meninggal (almarhum), misalnya candi Kidal untuk menghormati Raja Anusapati.
Meningkatnya jumlah juru bahasa di luar negeri – terutama bagi mereka yang berbicara bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya – adalah; Menjadikan istilah candi mengacu pada konstruksi periode Hindu-Buddha di Nusantara, khususnya hanya di Indonesia dan Malaysia (misalnya Candi Lembah Bujang di Kedah). Demikian pula, istilah wat dikaitkan dengan kuil-kuil di Kamboja dan Thailand. Namun, dari sudut pandang Indonesia, istilah “candi” juga mengacu pada semua struktur sejarah Hindu-Budha di seluruh dunia; tidak hanya di Nusantara, tetapi juga di Kamboja, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Sri Lanka, India dan Nepal; seperti Angkor Wat di Kamboja dan kuil Khajuraho di India. Istilah pagoda mirip dengan istilah Thai chedi yang berarti “stupa”.
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang. (Candi Prambanan) adalah kompleks candi Hindu (Syiwa) terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini didedikasikan untuk Trimurti, tiga dewa utama agama Hindu, yaitu Brahma dewa pencipta, Wisnu pelindung dan Siwa dewa perusak. Berdasarkan prasasti Siwagrha, nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (Bahasa Sansekerta untuk “Rumah Siwa”), dan memang di garbagriha (aula utama) candi ini terdapat arca Siwa yang tingginya mencapai 3 meter, karena prioritas sekte Siwa untuk menyembah Dewa Siwa di candi ini. .
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diyakini merupakan variasi dari nama dialek Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang berarti “Brahman agung”, yaitu Brahman atau Brahman. . realitas abadi yang tidak dapat digambarkan, yang sering disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain adalah bahwa para Brahmana dapat merujuk pada zaman keemasan kuil ini adalah para Brahmana.
Pendapat lain menyebutkan bahwa nama “Prambanan” berasal dari akar kata bahasa Jawa mban yang berarti memikul atau melaksanakan suatu tugas, merujuk pada dewa-dewa Hindu yang bertugas mengatur dan mencapai keberhasilan keselarasan di alam semesta. Nama lain Prambanan yang bisa berarti 5 (lima) gunung dalam bahasa Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram dan banam adalah gunung (ប្រាំ ភ្នំ). Ini menggambarkan 5 puncak Himalaya di India. Ingat baik dalam kronik Khmer bahwa orang Jawa telah menjajah Khmer selama 200 tahun dan bahwa Jayawarman kedua berada di Jawa sebagai pahlawan yang membebaskan Khmer dari kekuasaan Jawa.
Sejarah Candi Prambanan Terbentuk
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di zaman Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan, saingan candi Budha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tidak jauh dari Prambanan.
Beberapa sejarawan telah lama menduga bahwa pembangunan candi besar Hindu ini untuk menandai kembalinya keluarga Sanjaya berkuasa di Jawa, yang terkait dengan teori kepercayaan kembar wangsa. yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Budha.
Dengan dibangunnya candi ini, tentunya menjadi pertanda bahwa agama Hindu Syiwa kembali mendapat dukungan kerajaan, setelah dinasti Syailendra sebelumnya cenderung menganut agama Buddha Mahayana. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Medang telah mengalihkan fokus dukungan agama dari Buddhisme Mahayana ke pemujaan Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 M oleh Rakai Pikatan dan terus disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan Raja Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha yang berasal dari tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk menghormati Dewa Siwa, dan nama aslinya dalam bahasa Sansekerta adalah Siwagrha
(Sansekerta: Shiva-grha berarti: ‘Rumah Siwa’) atau Siwalaya (Sansekerta: Shiva- laya berarti ‘rumah Siwa’ yang berarti: ‘Kerajaan Siwa’ atau ‘Kerajaan Siwa’).
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa selama pembangunan candi Siwagrha sedang berlangsung, pekerjaan umum juga dilakukan untuk memodifikasi saluran air untuk mengalihkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah Sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa arah asli sungai melengkung ke arah timur dan dianggap sangat dekat dengan candi sehingga erosi sungai membahayakan pembangunan candi.
Proyek pengelolaan air ini dicapai dengan membuat alur sungai baru yang memotong kelokan sungai dengan sumbu utara-selatan sepanjang tembok barat di luar kompleks candi. Aliran lama dari sungai asli kemudian diisi untuk menyediakan area yang lebih luas untuk pembangunan serangkaian candi perwara (candi wali atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog percaya bahwa patung Dewa Siwa di garbhagriha (ruang utama) candi adalah reinkarnasi dari Raja Balitung, sebagai patung inkarnasinya.
Kompleks konstruksi ini secara berkala disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya seperti Sri Maharaja Dyah Daksa dan Sri Maharaja Dyah Tulodong, dan diperluas dengan pembangunan ratusan candi lainnya di sekitar candi induk. Karena keindahan candi ini, candi Prambanan adalah candi agung Kerajaan Mataram, di mana banyak upacara penting kerajaan berlangsung. Pada masa kejayaannya, para sejarawan menduga bahwa ratusan Brahmana dan pengikutnya berkumpul dan tinggal di halaman luar candi ini untuk mempelajari Weda dan berlatih meditasi, melakukan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sedangkan Royal Center atau Keraton Mataram akan berlokasi di suatu tempat dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Sekitar tahun 930 M, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Sri Maharaja Mpu Sindok, seorang pengikut Dinasti Isyana. Penyebab pergeseran pusat kekuasaan ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, kemungkinan besar disebabkan oleh letusan dahsyat Gunung Merapi, sekitar 20 kilometer sebelah utara candi Prambanan. Penyebab lain yang mungkin adalah perang dan perebutan kekuasaan. Setelah pindah ibu kota, candi Prambanan mulai terbengkalai dan tidak diperbaiki, sehingga perlahan candi ini mulai runtuh dan mengalami kerusakan.
Candi ini konon sudah benar-benar runtuh akibat gempa bumi besar pada abad 16. Meski sudah tidak lagi menjadi pusat agama dan pemujaan Hindu, candi ini tetap diakui dan diketahui keberadaannya oleh masyarakat Jawa yang tinggal di sekitarnya. desa. Candi Durga dan patung-patung di bangunan utamanya telah menginspirasi cerita rakyat Jawa, yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah Kesultanan Mataram terpecah pada tahun 1755, reruntuhan candi dan Sungai Opak di dekatnya menjadi tanda batas antara Kesultanan Yogyakarta (Jogja) dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Sejarah Penemuan Kembali dan Proses Perbaikan Ulang Candi Prambanan
Masyarakat sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Namun, mereka tidak mengetahui konteks sejarah candi prambanan yang sebenarnya, siapa rajanya dan kerajaan mana yang membangun monumen ini. Dengan imajinasi lain, penduduk setempat membuat dongeng lokal atau cerita rakyat untuk menjelaskan asal-usul keberadaan candi-candi tersebut; penuh warna dengan kisah-kisah indah raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh roh jin dan setan dalam satu malam, dan putri-putri cantik yang dikutuk menjadi patung. Legenda Candi Prambanan dikenal dengan kisah Roro Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons sebagai seorang arkeolog yang memiliki kewarganegaraan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia selama pendudukan Inggris di Jawa. Sekitar waktu ini, Colin Mackenzie, seorang surveyor di bawah Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan kuil tersebut.
Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap terbengkalai selama beberapa dekade. Tidak ada penggalian serius yang dilakukan pada tahun 1880-an, yang sayangnya menimbulkan penjarahan patung dan batu dari kuil. Kemudian, pada tahun 1855, Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan membuang batu dan kotoran dari ruang kuil.
Beberapa saat kemudian, Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi ditumpuk di sepanjang Sungai Opak. Arca dan relief candi diambil oleh Belanda dan digunakan sebagai hiasan taman, sedangkan penduduk asli menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan pondasi rumah.
Restorasi dimulai pada tahun 1918, tetapi upaya serius yang sebenarnya dimulai pada tahun 1930. Pada tahun 1902-1903 Theodoor van Erp mempertahankan bagian yang kemungkinan akan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Kantor Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin lebih sistematis menurut kaidah arkeologi. Seperti diketahui, para pendahulunya melakukan pembongkaran dan pembongkaran ribuan batu secara sembarangan, tanpa memikirkan upaya pemugaran.
Pada tahun 1926 De Haan berlanjut hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 ia digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt sampai tahun 1926, kemudian diberikan tugas mengarahkan rehabilitasi kepada putra Indonesia dan ini berlanjut sampai tahun 1993.
Upaya restorasi berlanjut hingga hari ini. Pemugaran Candi Siwa, candi utama kompleks, selesai pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno. Beberapa bagian candi telah dipugar, menggunakan batu baru, karena banyak batu asli dicuri atau digunakan kembali di tempat lain. Sebuah kuil hanya akan dipugar jika setidaknya 75 biksu asli masih ada di sana. Akibatnya, banyak pagoda kecil yang belum dibangun kembali dan hanya terlihat struktur utama bangunannya saja.
Sekarang candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, status ini diakui oleh UNESCO pada tahun 1991. Beberapa bagian dari candi Prambanan saat ini sedang dipugar untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini merusak beberapa bangunan dan patung.
Museum Candi Prambanan
Di dalam Kompleks Taman Purbakala Candi Prambanan terdapat museum yang menyimpan berbagai temuan artefak sejarah kuno. Museum ini terletak di sisi utara Candi Prambanan, antara Candi Prambanan dan Candi Lumbung. Museum ini dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa, berupa rumah joging. Koleksi yang disimpan di museum ini adalah berbagai jenis batu candi dan berbagai arca yang ditemukan di sekitar kompleks candi Prambanan; misalnya patung sapi Nandi, Resi Agastya, Siwa, Wisnu, Garuda dan patung Durga Mahisasuramardini termasuk batu Siwa Lingga sebagai simbol kesuburan.
Replika timbunan emas Wonoboyo yang terkenal berupa mangkok, sendok, tas, perhiasan perak dan emas berukir Ramayana juga dipajang di museum ini. Temuan asli Wonoboyo kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur dan Plaosan juga dipajang di museum ini. Pengunjung Taman Purbakala Prambanan dapat memasuki museum ini secara gratis karena tiket masuk taman sudah termasuk museum. Pertunjukan audio visual di Candi Prambanan juga ditampilkan di sini.
Kesimpulan
Sekian pembahasan singkat mengenai sejarah Candi Prambanan. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas sejarah terbentuknya Candi Prambanan saja tapi juga membahas mengenai sejarah nama dari Candi Prambanan tersebut, Serta sejarah mengenai penemuan kembali sisa-sisa reruntuhan Candi Prambanan dan proses perbaikannya kembali, dan mengetahui mengenai Museum Candi Prambanan.
Memahami sejarah dari Candi Prambanan menjadikan kita untuk menambah wawasan baru mengenai latar sejarah dunia mengenai situs kuno berupa Candi Prambanan yang menjadi situs dunia yang harus kita jaga dan mengetahui perkembangannya yang jarang kita ketahui sebagai orang awam. Dan menjadikan kita untuk turut andil dalam menjaga kelestariannya karena kita juga merupakan bagian dari sejarah yang sedang berlangsung.
Post Comment